Beranda | Artikel
Usaha Tidak Menafikan Tawakal
Rabu, 3 Mei 2023

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Usaha Tidak Menafikan Tawakal ini adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Talbis Iblis. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary pada Senin ,10 Syawal 1444 H / 01 Mei 2023 M.

Kajian Tentang Usaha Tidak Menafikan Tawakal

Pada hari ini mungkin tidak ada orang yang tidak menyimpan dan menabung hartanya untuk mengantisipasi kebutuhan-kebutuhannya ke depan. Ini juga dilakukan Nabi. Nabi pernah menggadaikan baju perang beliau untuk makanan pokok keluarga selama satu tahun ke depan. Artinya Nabi juga mencadangkan harta untuk persiapan menghadapi kebutuhan-kebutuhan di masa depan. Dan itu tidak menafikan tawakal sebenarnya. Tapi klaim orang-orang sufi mengatakan itu menafikan tawakal. Mereka berkata bahwa belum dikatakan tawakal kalau masih menyimpan atau menabung harta.

Ibnul Jauzi Rahimahullah mengatakan bahwa minimnya ilmu agama menimbulkan kerancuan berpikir seperti ini.

Dulu mungkin bisa (tidak menyimpan uang), dimana tuntutan hidup belum sekompleks hari ini yang segala sesuatunya harus bayar. Kalau tidak berjaga-jaga dengan menabung harta, mungkin kita akan mengabaikan kewajiban-kewajiban.

Kebutuhan dimasa dulu mungkin untuk makan saja. Tapi sekarang tidak seperti dulu. Ada beberapa dana yang harus kita siapkan untuk penunjang-penunjang kehidupan lainnya selain makan.

Di antara kerancuan berpikir adalah menyamakan kondisi dulu dengan sekarang. Tentunya tidak sama. Jangankan zaman dahulu, 30 atau 40 tahun yang lalu mungkin tuntutan kehidupan tidak seperti hari ini. Apalagi 14 abad yang lalu. Tentu tidak bisa disamakan dengan zaman ini, lalu melakukan satu tindakan yang sama.

Andai mereka mengetahui hakikat tawakal, tentulah mereka akan menyadari bahwa tidak ada pertentangan antara tawakal dan usaha. Menabung termasuk salah satu jenis usaha, dan ini tidak menafikan tawakal. Tawakal adalah bersandarnya hati kepada Allah.

Kita tidak tahu ujian-ujian yang akan Allah berikan. Banyak orang-orang yang terkuras tabungannya karena musibah yang menimpanya. Padahal dia sudah ikhtiar dengan menabung. Maka hati tetap perlu bersandar kepada Allah. Bahwa apapun yang kita lakukan, ketetapan akhirnya tetap ada di tangan Allah. Disitulah seorang muslim perlu bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan segala usaha yang sudah dilakukannya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ قِيَامًا…

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang yang belum sempurna akalnya harta mereka yang ada dalam kuasamu yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan…” (QS. An-Nisa`[4]: 5)

Jangan diserahkan karena anak ini belum mampu mengelola harta. Bisa jadi harta itu habis, sementara dia masih punya tuntutan pokok-pokok kehidupan yang harus dia penuhi. Ketika dia tidak mampu mengelola harta dengan baik, mungkin kalau diserahkan kepadanya akan habis. Jadi perlu melakukan tindakan antisipatif dengan tidak menyerahkan harta itu kecuali mereka sudah mencapai usia rusyd.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan di sini harta sebagai pokok kehidupan. Jadi tidak mungkin kita katakan “Dalam hidup ini saya tidak perlu harta.”

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

نِعمَ المالُ الصَّالحُ للرَّجلِ الصَّالحِ

“Sebaik-baik harta yang baik adalah yang dimiliki oleh orang yang shalih.” (HR. Ahmad)

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/52906-usaha-tidak-menafikan-tawakal/